Minggu, 22 Juli 2018

Rasa itu hadir saat bertemu dengan nya


Aku tak tau apa yang sedang terjadi di dalam hatiku...serasa di aduk aduk tanpa sebab....Knp perasa an itu muncul lagi setelah lama MATI..!!! hhh...msh terigat jelas kekecewa an ku..masih terasa sakit sesak di dada
di saat aku jatuh ...,di saat aku merasa diriku sebagai seorang Pecundang.,di saat aku membutuhkan Suport tp dia meninggalkan ku dengan tanpa dosa...!!!

Aku berusaha lari melupakan kejadian pahit perih yang telah menimpaku dulu...tp aku bersyukur dengan berjalan nya waktu Sang Khalik memberkan ku hidup yang berkecukupan tanpa kekurangan sedikit apa pun....Dengan seiring nya waktu aku bisa melupakan kejadian itu..kujalani hidup sendiri Tanpa teman...,
yang ada alam benaku hanya bagaimana membahagiakan putra ku dan mencukupi nya tanpa kekurangan satu apa pun..... Persetan dengan pendamping hidup!!!

Ada rasa berbeda yang aku rasakan.rasa yang bukan sebuah perasa an.,aku merasa teduh melihat nya..Aku sadar tidak semua wanita akan meninggalkan pasangan nya di saat pasangan nya sedang jatuh terpuruk..Aku sadar sebenar nya itu adalah emosi ku sesaat....siapakah wanita itu?yah kota Pemalang lah tempat tinggal nya...


Rabu, 18 Juni 2014

Hal yang engkau tangis saat ini..Mungkin engkau syukuri suatu hari nanti

Roda selalu berputar.....Pahit getir manis asam ,kesedihan kebahagiaan adalah hal yang menjadi hukum alam mau tak mau yang harus di jalani dan di alami oleh manusia......
Tuhan....jadi kan aku orang yang selalu berserah diri kepada MU...,Selalu di beri kesabaran untuk semua hal yang aku alami....A percaya dengan cara MU untuk memberikan kehidapan kepada ku kelak...A percaya dengan kebahagian yang akan Engkau berikan esok kepadaku....

Tuhan....a titip kan putra semata wayang ku kepada MU...A percaya Engkau akan selalu menjaga Nya sebelum aku berada di samping nya....

Tuhan...aku percaya Hal yang aku tangisi saat ini..Mungkin aku yukuri suatu hari nanti

Senin, 10 Maret 2014

Ombak Kecil dan Ombak Besar

 Alkisah, di tengah samudra yang maha luas, tampaklah ombak besar sedang bergulung-gulung dengan suaranya yang menggelegar, tampak bersuka ria menikmati kedasyatan kekuatannya, seakan-akan menyatakan keberadaan dirinya yang besar dan gagah perkasa. 
Sementara itu, jauh di belakang gelombang ombak besar, tampak sang ombak kecil bersusah payah mengikuti. Ia terlihat lemah, tertatih-tatih, tak berdaya, dan jauh tersisih di belakang. Akhirnya, ombak kecil hanya bisa menyerah dan mengekor ke mana pun ombak besar pergi. Tetapi, di benaknya selalu muncul pertanyaan, mengapa dirinya begitu lebih lemah dan tak berdaya?
Suatu kali, ombak kecil bermaksud mengadu kepada ombak besar. Sambil tertaih-tatih ombak kecil berteriak: “Hai ombak besar. Tunggu!”
Sayup-sayup suara ombak kecil didengar juga oleh ombak besar. Lalu sang ombak besar sedikit memperlambat gerakannya dan berputar-putar mendekati arah datangnya suara. “Ada apa sahabat?” Jawab ombak besar dengan suara menggelegar hebat.
“Aih, pelankan suaramu. Dengarlah, mengapa engkau bisa begitu besar? Begitu kuat, gagah, dan perkasa? Sementara diriku, ah, begitu kecil, lemah dan tak berdaya. Apa sesungguhnya yang membuat kita begitu berbeda, wahai ombak besar?”
Ombak besar pun menjawab, “Sahabatku, kamu menganggap dirimu sendiri kecil dan tidak berdaya, sementara kamu menganggap aku begitu hebat dan luar biasa, anggapanmu itu muncul karena kamu belum sadar dan belum mengerti jati dirimu yang sebenarnya, hakikat dirimu sendiri”.
“Jati diri? Hakikat diri? Kalau jati diriku bukan ombak kecil, lalu aku ini apa?” Tanya ombak kecil, “Tolong jelaskan, aku semakin bingung dan tidak mengerti.”
Ombak besar meneruskan, “Memang di antara kita terasa berbeda tetapi sebenarnya jati diri kita adalah sama, kamu bukan ombak kecil, aku pun juga bukan ombak besar. Ombak besar dan ombak kecil adalah sifat kita yang sementara. Jati diri kita yang sejati sama, kita adalah air. Bila kamu menyadari bahwa kita sama-sama air, maka kamu tidak akan menderita lagi, kamu adalah air, setiap waktu kamu bisa menikmati menjadi ombak besar seperti aku, kuat gagah dan perkasa.”
Mendengar kata-kata bijak sang ombak besar, mendadak timbul kesadaran dalam diri ombak kecil. “Ya, benar, aku bukan ombak kecil. Jati diriku adalah air, tidak perlu aku berkecil hati dan menderita.”
Dan, sejak saat itu, si ombak kecil pun menyadari dan menemukan potensi dirinya yang maha dasyat. Dengan ketekunan dan keuletannya, ia berhasil menemukan cara-cara untuk menjadikan dirinya semakin besar, kuat, dan perkasa, sebagaimana sahabatnya yang dulu dianggapnya besar. Akhirnya, mereka hidup bersama dalam keharmonisan alam. Ada kalanya yang satu lebih besar dan yang lain kecil. Kadang yang satu lebih kuat dan yang lain lemah.
Begitulah, mereka menikmati siklus kehidupan dengan penuh hikmat dan kesadaran.
Sebagai manusia, sering kali kita terjebak dalam kebimbangan akibat situasi sulit yang kita hadapi, yang sesungguhnya itu hanyalah pernak-pernik atau tahapan dalam perjalanan kehidupan. Sering kali kita memvonis keadaan itu sebagai suratan takdir, lalu muncullah mitos-mitos: aku tidak beruntung, nasibku memang jelek, aku orang gagal, dan lebih parah lagi menganggap kondisi tersebut sebagai bentuk “ketidakadilan” Tuhan.
Dengan memahami bahwa jati diri kita adalah sama-sama manusia, tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Karena sesungguhnya kesuksesan, kesejahteraan dan kebahagiaan bukan monopoli orang-orang tertentu. Jika orang lain bisa sukses, kita pun juga bisa sukses! Kesadaran tentang jati diri bila telah mampu kita temukan, maka di dalam diri kita akan timbul daya dorong dan semangat hidup yang penuh gairah sedahsyat ombak besar di samudra nan luas. Siap menghadapi setiap tantangan dengan mental yang optimis aktif, dan siap mengembangkan potensi terbaik demi menapaki puncak tangga kesuksesan.
“Jati diri kita adalah sama-sama manusia! Tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Jika orang lain bisa sukses, kita pun bisa sukses!”

Rabu, 08 Januari 2014

Sayap Sayap Patah

Wahai langit .... Tanyakan pada-Nya Mengapa Dia menciptakan sekeping hati ini .... Begitu rapuh dan mudah terluka .... Saat dihadapkan dengan duri-duri cinta Begitu kuat dan kokoh .... Saat berselimut cinta dan asa .... Mengapa Dia menciptakan rasa sayang dan rindu di dalam hati ini .... Mengisi kekosongan di dalamnya Menyisakan kegelisahan akan sosok 

sang kekasih Menimbulkan segudang tanya .... Menghimpun berjuta asa .... Memberikan semangat juga meninggalkan kepedihan yang tak terkira .... Mengapa Dia menciptakan kegelisahan dalam jiwa .... Menghimpit bayangan .... Menyesakkan dada .... Tak berdaya melawan gejolak yang menerpa .... Wahai ilalang .... Pernahkan kau merasakan rasa yang begitu menyiksa ini ? Mengapa kau hanya diam .... Katakan padaku .... Sebuah kata yang bisa meredam gejolak jiwa ini .... Sesuatu yang dibutuhkan raga ini .... Sebagai pengobat rasa sakit yang tak terkendali .... Desiran angin membuat berisik dirimu .... 

maksudmu .... Hanya menduga .... Bisikanmu mengatakan ada seseorang di balik bukit sana .... Menunggumu dengan setia .... Menghargai apa arti cinta .... Hati terjatuh dan terluka .... Merobek malam menoreh seribu duka .... Kukepakkan sayap - sayap patahku .... Mengikuti hembusan angin yang berlalu .... Menancapkan rindu .... Di sudut hati yang beku .... Dia retak, hancur bagai serpihan cermin .... Berserakan .... Sebelum hilang diterpa angin .... Sambil terduduk lemah Ku coba kembali mengais sisa hati .... Bercampur baur dengan debu .... Ingin ku rengkuh .... Ku gapai kepingan di sudut hati .... Hanya bayangan yang ku dapat .... Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya .... Tak sanggup kukepakkan kembali sayap ini .... Ia telah patah .... Tertusuk duri yang tajam .... Hanya bisa meratap .... Meringis .... Mencoba menggapai sebuah pegangan .... 

Sabtu, 07 Desember 2013

Sepasang Cincin

Akan ada hari dimana Allah menjadi saksi saat kau lingkarkan ikatan suci Mitsaqan Ghalidza di jariku yang kau pilih, walau aku tak sesempurna istri nabi...

Akan ada hari dimana kulingkarkan pula sumpah setia di jarimu yang kupilih sebagai imamku, yang surga-Nya tak bisa kumasuki tanpa ridho darimu...

Akan ada hari dimana kugelar sajadahku dan sajadahmu, kita bersujud dalam sepenggal waktu yang sama dan doa yang terucap darimu ku Amini juga dalam hati, satu shaf dibelakangmu...

Akan ada hari dimana slalu kunanti alunan tausyiahmu sebagai pengantar tidurku dan rasa syukur karna-Nya tlah memberi cinta yang kutujukan padamu...

Akan ada hari dimana kau dengungkan adzan dibalik daun telinga sosok mungil yang kelak mewarisi sebagian parasku dan sebagian tingkahmu...

Akan ada hari dimana kteladananmu akan mengiringi tugasku sebagai Madrasah bagi keturunan kita...

Akan ada hari dimana kita akan melihat nisan dan memesan sepetak lahan berdampingan untuk nanti ketika esok tak ada lagi...

Akan ada hari dimana salah satu dari kita menghadap ilahi dengan pendamping hidup soleh dan soleha yang setia menemani sampai di akhir perjalanan nanti...

Dan aku akan sabar menanti...

 Semoga Allah mengijinkan Sakinah bersamamu hadir suatu hari nanti hingga kelak dikumpulkan kembali sampai di Surga-Nya nanti...

Sabtu, 30 November 2013

Saat Tiba Waktuku 2014

Hidup dalam putaran waktu memaksa diri ini untuk tak lagi percaya bahwa roda nasib memang berputar, hingga saat sadar diri kudapati mata ini telah lelah terjaga.

Saat tiba waktuku ku mau tak seorangpun kan merayuku dan mendapatiku kembali dalam pusaran waktu lalu, segala yang pernah terjadi di ranah masaku biarlah terus berdetak seiring seirama degup jantung hatiku, terus menemaniku melewati waktu kini. Walau kutahu semua ini kosong, hampa dan tak berjiwa lagi. Entahlah, sudah berapa jam hatiku bergumam sendiri meratap harap yang hari demi hari, minggu demi minggu, berbulan bulan bahkan bertahun-tahun hanya berputar dalam putaran waktu...

Berputar tapi tak bergerak
Bergerak tapi tak beranjak
Beranjak namun tak jua sampai
Sampai tak jua mendapati tujuannya

Inikah waktuku yang terhampar di hadapan rumah kehidupanku, peraduan di mana aku menunggu waktu di temani dengan kebosanan yang berdentang keras mengabarkan pada duniaku. Haruskah aku kembali mengurai putaran waktuku sementara jarum jam terus berputar memutar siklus kehidupan.

Resah jiwaku menanti dan menyepi
Namun semoga aku masih bisa mengurai separuh putaran waktuku
Dan berharap tak lagi lekang di makan usia .............
Inilah waktuku yang akan terus aku putar

Inilah waktuku
Yang kelak akan membantuku untuk bisa lebih mengerti dan memahami
Tentang makna mendambamu dengan segenap jiwa
Walau sesungguhnya tak ada yang abadi
Tapi waktuku akan terus berputar menemani dirimu dirinya seadanya dirimu dirinya

Maafkan aku
Tentang jiwa yang tak bisa memahami waktu
Dan tak mungkin ku putar kembali putaran waktuku
Walau perih mengiris pedih

Maafkan aku yang tak bisa menjadi bagian waktumu...
Karena sudah tiba waktuku untuk tetap di sini di putaran waktuku
Yang menyudutkanku tanpa aku sanggup melawan dan menentang sendiriku

Dan bukankah waktuku yang telah datang menjemputku
Menghadirkan sekat yang saling memisahkan diantara kau dan aku
Jika begitu lantas apa yang mesti kau persalahkan atas segala takdir yang terjadi atas diriku tanpa aku sanggup menolaknya .....


Berperang aku tak mau, tapi aku juga tak lagi bisa melarikan diri
Walau sesungguhnya akan selalu ada pilihan dan kesempatan kedua
Tapi bukankah mentari pagi baru akan kita temui lagi setelah malam datang menjelang?.

Lantas jika begini mengapa kau semestinya menyudutkanku yang tak pernah kepanasan dan kehujanan melewati siang ......


Rabu, 27 November 2013

Saat Aku mengingat mereka, sosok indah dalam hidupku....

Tuhan, Kau ajarkan begitu banyak pelajaran untukku melalui mereka orang-orang terdekatku.

Kau ajarkan keikhlasan melalui sosok wanita yang melahirkanku. Kau ajarkan padaku melaluinya bagaimana caranya mengikhlaskan semua kebahagiaan yang ia punya. Kau ajarkan padaku melaluinya, bagaimana caranya mempertaruhkan nyawa dengan memberikan satu kebahagiaan baru untukku dan papaku. Kau ajarkan padaku melaluinya, bagaimana caranya mencinta tanpa perlu meminta. Mencinta tanpa perlu memaksa, mencinta dengan ikhlas menerima...
Tuhan, Kau ajarkan padaku arti kesetiaan melalui ia, sosok Mamaku. Kau ajarkan padaku melaluinya bagaimana caranya tetap setia pada papaku, saat berbagai ujian menerpa kehidupannya. Kau ajarkan padaku melaluinya, bagaimana caranya tetap mencinta, saat banyak godaan mulai menerpa. Kau ajarkan padaku melaluinya, bagaimana caranya agar tetap bermimpi, tak begitu saja menyerah pada takdir dunia. Kau ajarkan padaku melaluinya, bagaimana tetap mengabdi, tulus mengabdi, walau samudera peluh senantiasa memeluknya.

Tuhan, Kau ajarkan padaku arti kesabaran melalui ia, sosok Papaku tersayang. Kau ajarkan padaku melaluinya bagaimana caranya bersabar ketika tanduk keluarga seluruhnya tertumpu padanya. Kau ajarkan padaku melaluinya, bagaimana caranya berkorban demi membahagiakan orang-orang terkasihnya. Kau ajarkan padaku melaluinya, bagaimana pahit manis sesungguhnya jalan kehidupan yang sesungguhya.

Tuhan, Kau ajarkan padaku tentang pentingnya berharap dan bermimpi yang tinggi melalui garis-garis kecil liku kehidupanku. Kau ajarkan padaku bagaimana caranya untuk tidak menyerah pada kenyataan dan tetap terus berharap sesuatu yang baik akan terjadi. Kau ajarkan padaku, bagaimana caranya menghadapi sejumlah kekecewaan hati dan aku masih mampu tetap tegar berdiri. Kau ajarkan padaku bagaimana arti persahabatan itu, melalui mereka, yang datang satu demi satu ke dalam ruang kosong hatiku. Kau ajarkan padaku untuk tetap menerima dengan tulus hati, sepahit apapun keadaan yang terjadi

Dan kini Kau ajarkan kembali padaku, tentang bagaimana seharusnya menempatkan hati, tentang bagaimana sebaiknya menata ruang hati, tentang bagaimana seharusnya aku jatuh hati. Kau ajarkan padaku, kini, tentang pelajaran-pelajaran yang kau berikan melalui mereka, Mama dan Papa. Dan aku tahu, jika mereka mampu melalui pelajaran itu, maka aku juga mampu melaluinya, dengan bekal tulus Cinta dan Ridlo dari-Mu, Tuhan.

Tuhan, terima kasih atas pelajaran yang sangat besar ini…